Enter Header Image Headline Here

Friday, April 10, 2015

New Media Bagi Anak-Anak




Oleh : Ghany Mahendra Putra (F1C013096)



Pengaruh media terhadap anak makin besar, teknologi semakin canggih & intensitasnya semakin tinggi. Padahal orangtua tidak punya waktu yang cukup untuk memerhatikan, mendampingi & mengawasi anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton TV ketimbang melakukan hal lainnya.

Di sepanjang kehidupannya, manusia melalui berbagai masa dan tahapan. Tidak diragukan lagi, tidak ada satupun masa yang lebih manis dan indah seperti masa yang dinikmati oleh anak-anak. Orang-orang dewasa senantiasa mengenang masa kecil mereka dengan penuh rasa suka cita dan mereka akan menceritakan peristiwa dan kenangan masa kecil itu dengan penuh semangat. Permainan, imajinasi, rasa ingin tahu, dan ketiadaan beban hidup, membuat masa kanak-kanak menjadi manis dan menarik buat semua orang. Namun, dewasa ini, para ahli psikologi dan sosial meyakini, era kanak-kanak di dunia sedang berhadapan dengan keruntuhan dan akan tinggal menjadi sejarah saja. Di masa yang akan datang, anak-anak di dunia tidak akan lagi menikmati masa kanak-kanak yang manis, yang seharusnya menjadi masa terpenting dalam membentuk kepribadian mereka.

Namun dimasa sekarang ini hal-hal tersebut berubah menjadi yang apa-apanya tergantung pada gadget dan teknologi saat ini. Dari hal tersebut bisa kita lihat bahwa betapa luar biasanya perkembangan teknologi saat ini menjadikan anak-anak semakin terkena akan dampak dari new media saat ini. New Media saat ini tidak kenal ampun dalam memperkenalkannya pada siapapun dan tidak mengenal usia dan status sosial yang dimiliki masyarakat. Karena saat ini gadget dan anak-anak menjadikan sudah seperti taman bermain dalam dunia virtual bagi anak tersebut.

Saat ini media sangat penting bagi perkembangan pola pikir bagi anak-anak nantinya, bagaimana tidak karena apa yang ditampilkan media akan sangat berbahaya kalau tidak ada penyaring utamanya yaitu orang tua karena media saat ini lebih mengedepankan untung ketimbang kualitas dalam hal itulah peran orang tua sangatlah penting supaya anak tidak tercemar media mainstream yang tidak kenal ampun.

Tayangan TV serta media lainnya juga bisa menjadi sarana edukasi bagi anak. Banyak pengetahuan umum serta sosialisasi perilaku positif seperti berbagi, bekerja sama dan sopan santun dapat dipelajari dari program tertentu. Namun, karena menonton TV juga bisa menimbulkan efek yang negatif bagi kesehatan maka orang tua harus membantu anak membuat pilihan media yang akan mereka konsumsi untuk mengoptimalkan penggunaannya.
Orang tua dapat menggunakan sistem rating bagi tayangan televisi, film dan games untuk mengetahui isi yang tidak layak dilihat anak seperti tindak kekerasan, konten pornografi/seksualitas atau tayangan penggunaan rokok serta minuman keras. Apalagi saat ini kita hidup di negara yang membebaskan penayangan TV sehingga orang tua harus lebih proaktif untuk bijak membuat peraturan menonton TV dan layar kaca bagi anak.
Sebaiknya orang tua saat ini harus mengawasi anak-anaknya dalam melihat tontonan yang ditontonnya supaya anak itu tidak salah dalam memilih hidupnya. Karena hidup itu berawal dari ketika kita kecil yang menjadikan hidup kita nantinya lebih berkualitas dan bermartabat untuk kedepannya.
Referensi :

Lievrouw, Leah A. & Sonia Livingstone. 2006, Handbook of NewMedia : Social Shaping and Social Consequences of ITCs, Sage Publication Ltd. ondon. Chapter 3 : CHILDREN AND NEW MEDIA



Saturday, April 4, 2015

Internet Dalam Pandangan Masyarakat


Oleh : Ghany Mahendra Putra (F1C013096)



Perkembangan teknologi dan internet seperti sama halnya anak kembar yang saling betumbuh semakin pesat tiap harinya, bagaimana tidak teknologi dan internet saat ini sangat berpengaruh besar pada perubahan pola pikir manusia abad ke-21 ini. Internet dan teknologi sekarang  sudah seperti kita makan nasi setiap harinya karena teknologi dan internet saat ini sudah sangat vital perannya dalam masyarakat sosial. Setiap Negara kini berlomba-lomba dalam memajukan teknologi dan internetnya karena dengan seperti itu mereka akan dipandang oleh Negara lain dan akan diasumsikan mereka adalah bangsa yang maju nan canggih.

Dalam masa ini seseorang yang menganggap teknologi sebagai hal yang merugikan dan dapat mencelakainya akan berfikir dan berperspektif pesimis terhadap teknologi tersebut tidak terkecuali terhadap teknologi baru seperti “New Media” atau media baru seperti Internet, masyarakat tersebut berperspektif pesimis bisa karena tidak mengetahui keunggulan dan manfaat di balik terciptanya new media sehingga menganggapnya hanya akan menghilangkan nilai-nilai dari sebelumnya, seperti saling sapa dan saling membantu karena telah tergantikan oleh new media, bahkan ada sebuah istilah atau celotehan bahwa internet seperti media sosial telah “mendekatkan yang jauh tetapi telah menjauhkan yang dekat karena internet telah membantu kita untuk melancarkan proses komunikasi kepada orang lain yang jauh sekalipun dengan mudah dan terasa dekat, tetapi dengan kita melakukan hal itu terus menerus akan membuat ketika kita sedang dalam sebuah perkumpulan seseorang bisa sibuk sendiri sendiri dengan smartphone nya sehingga mendiamkan yang dekat.

Perkembangan yang pesat ini rupanya memunculkan berbagai perpektif yang berkembang dan dianut oleh masyarakat. Perpestif yang berkembang tersebut adalah perspektiif pesimis dan perspektif negatif. Perspektif akses internet yang pesimis, terjadi karena ketidak merataan akses yang didapat oleh masyarakat (Lievrouw:2006). Bahkan penelitian yang dilakukan oleh Howard di Amerika Serikat menyatakan bahwa saat ini masih ada ketimpangan akses yang terjadi disana. Penelitian tersebut menyatakan bahwa internet rata-rata hanya diakses oleh orang yang berkulit putih, memiliki penghasilan berlebih dan berpendidikan tinggi. Laporan dari UCLA di Amerika Serikat tahun 2000 bahkan mengatakan bahwa ketimpangan penggunaan internet juga berkaitan dengan aspek gender yakni ditemukan bahwa 81,7% penggunaan internet didominasi oleh kaum wanita. Selain itu kesenjangan itu juga terkait dengan umur, dimana orang yang berumur lebih dari 66 tahun memiliki sedikit kemungkinan untuk dapat mengakses internet (Lievrouw:2006). Berbeda dengan perspektif pesimis mengenai akses internet yang sangat terbatas karena tidak semua orang bisa mengakses internet karena berbagai faktor yang melatar belakangi itu semua salah satunya faktor pendidikan, geografis, ekonomi, dan lainnya.  Perspektif Optimis lebih melihat bahwa internet memiliki fungsi dan peran yang luar biasa nantinya. Internet sebenarnya tidak terpatri pada faktor-faktor tadi karena lebih dari itu internet mampu digunakan oleh siapapun dan dimanapun.

Karena disisilan teknologi dan internet ini di dalam pandangan masyarakat juga ada yang berprespektif optimis karena dengan muculnya new media, biasanya orang yang berperspektif optimis adalah generasi muda yang melek teknologi dan lahir di abad ke-21 sehingg mereka tidak kaget dan gaptek terhadap teknologi, masyarakat yang memiliki optimis dengan adanya munculnya internet karena menganggap internet menjadi alat yang sangat revolusioner dan memiliki seribu manfaat sehingga mereka membuka diri untuk menggunakannya. Terlebih kini internet lebih efektif ketimbang surat kabar ataupun yang lain karena internet dan teknologi sekarang tidak mengenal usia, geografis, pendidikan, dan status. Karena semuanya kini bisa akses internet dimanapun kapanpun dimanapun.
Sumber Referensi:
Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.

Lievrouw, Leah A. & Sonia Livingstone. 2006, Handbook of New Media : Social Shaping and Social Consequences of ITCs, Sage Publication Ltd. London. Chapter 4 :Perspective on Internet Use: Access, Involvement an Interaction

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Total Pageviews

Powered by Blogger.

Our Office